Sekarang ini, nama Puncak Sikunir mungkin sudah tidak asing lagi di kalangan pecinta sunrise atau masyarakat umum lainnya. Terletak di Desa Sembungan, Dieng, Wonosobo dengan ketinggian 2350mdpl. Dikenal sebagai pemilik golden sunrise, Puncak Sikunir memang cantik. Sangat tidak rugi kalau mau jauh-jauh atau capek-capek kesana untuk menyapa sang matahari terbit.
Tepat setahun yang lalu, berawal dari rasa penasaran, saya merencanakan untuk pergi ke puncak Sikunir dengan mengajak partner yang sebelumnya sudah pernah kesana. Kami, dengan mengendarai sepeda motor berangkat dari Jogja pada siang hari. Menempuh jarak 120km dengan estimasi waktu kurang lebih 3,5jam. Jalan yang kami lalui menuju Wonosobo hampir semuanya jalan aspal halus. Mengapa saya sebut "hampir semua"? Karena ada daerah yang jalannya rusak parah. Panjangnya sekitar 5km. Padahal jalan itu ramai dilalui banyak kendaraan. Tapi rasanya jalanan yang rusak itu seperti tak berarti karena setelah memasuki kawasan perbukitan Dieng, mata kami dimanjakan dengan pemandangan yang menakjubkan, hijau dimana-mana.
Rencana awal kami ke sikunir adalah mau ngecamp saja disana. Tapi ternyata intensitas hujan semakin sering berhubung waktu itu adalah bulan februari, dimana curah hujan memang masih sangat tinggi. Maka setibanya kami di Dieng, hal pertama yang kami cari adalah homestay. Karena waktu sampai disana sudah sore juga dan mulai gerimis. Mencari dari homestay satu ke homestay lain, akhirnya kami menemukan homestay yang cocok. Cocok disini dalam artian kami adalah cocok di kantong dan strategis. Tidak jauh dari perkampungan dan warung-warung makan. Karena waktu itu hari jumat, kami diberi harga Rp. 150.000/malam, kalau malam minggu harganya naik menjadi Rp. 200.000/malam.
Malam harinya, kami mempersiapkan apa saja yang akan dibawa untuk menuju puncak Sikunir keesokan harinya. Makanan ringan, minuman, senter, dan juga jaket tebal.
Pukul 4 pagi keesokan harinya, kami bersiap2 menuju puncak Sikunir. Dari homestay, kami naik motor dulu menuju desa Sembungan tempat Sikunir berada. Berjarak kurang lebih 3km, saat itu jalanan masih sunyi senyap. Dari desa Sembungan menuju tempat parkir dibawah bukit Sikunir juga jalanan gelap gulita tanpa ada penerangan sedikitpun, ditambah dengan jalanan yang rusak dan licin sehabis hujan. Memasuki kawasan Sikunir, akan dikenakan biaya retribusi sebesar Rp. 4.000/orang.
Sampai di Sikunir, kami memarkir motor dan langsung siap mendaki bukit Sikunir. Bagi yang baru pertama kali kesana, tidak perlu khawatir tersesat saat mendaki. Karena sudah ada papan-papan petunjuk jalan di setiap beberapa ratus meternya. Selain itu juga oleh pengelola sudah dibuatkan jalan-jalan setapak, jadi lebih memudahkan kita untuk mendakinya. Bagi yang belum pernah naik gunung seperti saya, juga tak perlu takut. Karena jalurnya tidak sulit, dan juga tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 1km trekking menanjak. Agak sedikit ngos-ngosan juga sih, maka saran saya sebelum ke Sikunir ada baiknya melakukan olahraga-olahraga ringan. Biar kaki tidak pegel-pegel dan nafas juga jadi lebih teratur.
Setelah beberapa lama kami mendaki, sampailah kami ke Puncak Sikunir. Disana juga sudah banyak wisatawan-wisatawan lain dengan kamera dan tripodnya yang sudah mengambil tempat strategis dan siap untuk mengabadikan golden moment, golden sunrise di Puncak Sikunir tersebut.
Waktu menunjukkan pukul setengah 6 pagi, sang surya perlahan-lahan muncul diantara gunung Sindoro dengan cahaya kuning kemerahan. Semakin lama cahayanya menjadi keemasan dan mungkin inilah yang disebut golden sunrise. Sangat indah... Saya sempat terdiam dan terbengong-bengong. Seperti tak memperhatikan sekitar, mata saya hanya tertuju pada satu golden moment itu.
Setelah bangunnya sang surya, pemandangan di atas Puncak Sikunir pun disajikan dengan begitu sempurna. Ada deretan gunung yang kokoh terhampar di depan mata. Terlihat juga gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu dan Merapi dari atas sana. Sangat sejuk dan nyaman di mata. Tak henti-hentinya kami mengagumi sambil menikmati minuman hangat dan makanan ringan yang kami bawa sebelumnya.
Cukup menikmati lukisan alam, kami pun turun bukit. Di perjalanan menuruni bukit Sikunir, terlihat juga telaga Cebong. Yang lokasinya sebenarnya tidak jauh dari tempat parkir tadi. Tapi ternyata dilihat dari sisi lain pun telaga ini tak kalah memukaunya. Seperti penutup dari keindahan yang sudah dilukiskan dari atas sana.
Sampainya di tempat parkir, kami tak langsung beranjak pergi. kami sempatkan untuk menikmati secangkir kopi panas dan kentang goreng yang dijajakan di warung-warung sekitar parkiran. Sungguh nikmat..
Setelah menikmati kopi dan kentang goreng, kami sempatkan untuk menikmati dari dekat tenangnya telaga Cebong yang ada di sisi parkiran. Sungguh tidak sia-sia kami datang kemari. Rasa capek dan penat menjadi tak terasa karena keindahan yang disajikan. Tak salah jika golden sunrise disandang oleh puncak Sikunir. Jika ada waktu lagi, kami tak akan pikir dua kali untuk menyambangi puncak Sikunir. Lagi. **
Tepat setahun yang lalu, berawal dari rasa penasaran, saya merencanakan untuk pergi ke puncak Sikunir dengan mengajak partner yang sebelumnya sudah pernah kesana. Kami, dengan mengendarai sepeda motor berangkat dari Jogja pada siang hari. Menempuh jarak 120km dengan estimasi waktu kurang lebih 3,5jam. Jalan yang kami lalui menuju Wonosobo hampir semuanya jalan aspal halus. Mengapa saya sebut "hampir semua"? Karena ada daerah yang jalannya rusak parah. Panjangnya sekitar 5km. Padahal jalan itu ramai dilalui banyak kendaraan. Tapi rasanya jalanan yang rusak itu seperti tak berarti karena setelah memasuki kawasan perbukitan Dieng, mata kami dimanjakan dengan pemandangan yang menakjubkan, hijau dimana-mana.
Rencana awal kami ke sikunir adalah mau ngecamp saja disana. Tapi ternyata intensitas hujan semakin sering berhubung waktu itu adalah bulan februari, dimana curah hujan memang masih sangat tinggi. Maka setibanya kami di Dieng, hal pertama yang kami cari adalah homestay. Karena waktu sampai disana sudah sore juga dan mulai gerimis. Mencari dari homestay satu ke homestay lain, akhirnya kami menemukan homestay yang cocok. Cocok disini dalam artian kami adalah cocok di kantong dan strategis. Tidak jauh dari perkampungan dan warung-warung makan. Karena waktu itu hari jumat, kami diberi harga Rp. 150.000/malam, kalau malam minggu harganya naik menjadi Rp. 200.000/malam.
Malam harinya, kami mempersiapkan apa saja yang akan dibawa untuk menuju puncak Sikunir keesokan harinya. Makanan ringan, minuman, senter, dan juga jaket tebal.
Telaga Cebong |
Telaga Cebong dari atas |
Perjalanan turun bukit Sikunir |
Sampai di Sikunir, kami memarkir motor dan langsung siap mendaki bukit Sikunir. Bagi yang baru pertama kali kesana, tidak perlu khawatir tersesat saat mendaki. Karena sudah ada papan-papan petunjuk jalan di setiap beberapa ratus meternya. Selain itu juga oleh pengelola sudah dibuatkan jalan-jalan setapak, jadi lebih memudahkan kita untuk mendakinya. Bagi yang belum pernah naik gunung seperti saya, juga tak perlu takut. Karena jalurnya tidak sulit, dan juga tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 1km trekking menanjak. Agak sedikit ngos-ngosan juga sih, maka saran saya sebelum ke Sikunir ada baiknya melakukan olahraga-olahraga ringan. Biar kaki tidak pegel-pegel dan nafas juga jadi lebih teratur.
Setelah beberapa lama kami mendaki, sampailah kami ke Puncak Sikunir. Disana juga sudah banyak wisatawan-wisatawan lain dengan kamera dan tripodnya yang sudah mengambil tempat strategis dan siap untuk mengabadikan golden moment, golden sunrise di Puncak Sikunir tersebut.
Golden Sunrise dalam genggaman jari |
Waktu menunjukkan pukul setengah 6 pagi, sang surya perlahan-lahan muncul diantara gunung Sindoro dengan cahaya kuning kemerahan. Semakin lama cahayanya menjadi keemasan dan mungkin inilah yang disebut golden sunrise. Sangat indah... Saya sempat terdiam dan terbengong-bengong. Seperti tak memperhatikan sekitar, mata saya hanya tertuju pada satu golden moment itu.
Cukup menikmati lukisan alam, kami pun turun bukit. Di perjalanan menuruni bukit Sikunir, terlihat juga telaga Cebong. Yang lokasinya sebenarnya tidak jauh dari tempat parkir tadi. Tapi ternyata dilihat dari sisi lain pun telaga ini tak kalah memukaunya. Seperti penutup dari keindahan yang sudah dilukiskan dari atas sana.
Telaga Cebong terlihat pada saat turun bukit |
Sampainya di tempat parkir, kami tak langsung beranjak pergi. kami sempatkan untuk menikmati secangkir kopi panas dan kentang goreng yang dijajakan di warung-warung sekitar parkiran. Sungguh nikmat..
Setelah menikmati kopi dan kentang goreng, kami sempatkan untuk menikmati dari dekat tenangnya telaga Cebong yang ada di sisi parkiran. Sungguh tidak sia-sia kami datang kemari. Rasa capek dan penat menjadi tak terasa karena keindahan yang disajikan. Tak salah jika golden sunrise disandang oleh puncak Sikunir. Jika ada waktu lagi, kami tak akan pikir dua kali untuk menyambangi puncak Sikunir. Lagi. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar